WASHINGTON ~ Donald Trump kini paling populer di antara
bakal-bakal calon presiden lainnya dari Partai Republik untuk pemilihan
presiden 2016. Pengusaha real estate ini menduduki peringkat pertama dalam
jajak pendapat dari Suffolk University dengan perolehan 17 persen, di depan
mantan gubernur Florida Jeb Bush dengan 14 persen dan Gubernur Wisconsin Scott
Walker dengan 8 persen. Dalam jajak-jajak pendapat sebelumnya, Trump berada di
posisi kedua di belakang Bush.
Sikap Trump yang 'blak-blakan' soal imigrasi ilegal sepertinya sukses
menggalang dukungan dari para pemilih konservatif. Acara kampanyenya di Arizona
baru-baru ini dibanjiri warga setempat.
"Saya menghormati Meksiko sebagai sebuah negara. Tapi masalahnya
pemimpin mereka lebih pintar, tajam dan lihai dibandingkan pemimpin negara ini
dan mereka mengakali kita di perbatasan dan mereka mengakali mereka dalam
perdagangan. Mereka mengakali kita!" ujar Trump yang disambut dengan
sorak-sorai hadirin.
"Ia begitu tidak terkendalinya sehingga dianggap menyegarkan dan saya
pikir inilah mengapa ia sekarang paling populer dibanding yang lainnya,"
ujar analis Partai Republik Scot Faulkner.
Tapi komentar Trump yang menyebut imigran gelap sebagai
"kriminal" dan "pemerkosa" telah mengundang reaksi negatif
dari kelompok-kelompok imigran di seluruh AS dan ini dapat melukai reputasi
Partai Republik dalam jangka panjang.
"Ia menyebut kami kriminal. Ia menyebut kami pemerkosa. Kami bukan
kriminal maupun pemerkosa," ujar aktivis keimigrasian Jorge Mario Cabrera
dalam sebuah demonstrasi menentang Trump di California.
Seorang delegasi dari negara bagian Maryland, Joseline Pena-Melnyk,
juga mengkritik posisi Trump dalam isu imigrasi dalam aksi protes di dalam
hotel yang dimiliki Trump di pusat kota Washington, D.C.
"Kami punya kekuatan ekonomi," katanya. "Kami bagian besar
dari perekonomian ini dan kami tidak akan menerima penghinaannya begitu
saja!"
Kandidat calon presiden dari Partai Demokrat juga telah melayangkan kritik
mereka terhadap Trump, mulai dari Hillary Clinton hingga Bernie Sanders dan
mantan gubernur Maryland Martin O'Malley.
×Powered
By LaSuperba"Kalau Donald Trump ingin menjadi calon presiden dengan menjadikan
imigran sebagai musuh, ia harus kembali ke tahun 1840an dan mencalonkan diri
jadi calon dari partai yang tidak tahu apa-apa!" ujar O'Malley kepada
sebuah kelompok hak-hak warga keturunan Hispanik di Kansas City.
Sementara itu, kebanyakan bakal calon presiden dari Partai Republik tampak
berhati-hati menanggapi Trump saat ini. Namun Jeb Bush menyebut Trump mengusung
"retorika yang memecah-belah" dan ia tidak ingin "dikaitkan
dengan pernyataan penuh kebencian yang dilontarkan Trump akhir-akhir ini."
Para tokoh partai tampak khawatir perkataan-perkataan dari Trump mengenai
imigrasi ilegal dapat merugikan partai bulan November tahun depat saat Partai
Republik berharap dapat memenangkan suara dari kelompok Hispanik, yang biasanya
mendukung Partai Demokrat.
"Ia punya waktu dari sekarang hingga mungkin [pemilihan pendahuluan]
di New Hampshire di mana ia akan jadi pusat perhatian dan ia seseorang yang
suka jadi pusat perhatian dan ia akan mengatakan hal-hal yang mengguncang semua
orang, dalam bisa berarti baik maupun buruk," ujar Scot Faulkner.
Walaupun begitu, kebanyakan pengamat memperkirakan popularitas Trump tidak
akan bertahan lama. "Ia tentunya kandidat yang dikenal orang banyak,
terkenal sering berkata-kata yang kontroversial. Ia akan dapat meraih
perhatian, terutama dalam isu seperti imigrasi. Tapi pada akhirnya, ia tidak
akan memenangkan nominasi ataupun punya kemungkinan memenangkan nominasi,"
ujar John Fortier dari Bipartisan Policy Center di Washington.
Apakah Trump mampu mempertahankan popularitasnya dalam jajak pendapat akan
diuji saat 10 bakal calon presiden dari Partai Republik bertarung dalam debat
pertama untuk pemilihan presiden 2016 pada tanggal 6 Agustus di Cleveland,
Ohio.